Kabupaten Banjar

1,5 Ton Ikan KJA Di Aranio Disebabkan Debit dan Oksigen Air Berkurang

0

BANJAR, REPORTASE9.ID – Beredar viral video memperlihatkan ikan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) mengalami kematian di Sungai Kunyit, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar pada Senin (28/10/2024).

Dikonfirmasi Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Banjar, Sipliansyah Hartani mengatakan, bahwa kematian ikan KJA yang ada di Desa Kunyit tersebut tidak bisa dikatakan kematian massal.

“Karena hanya 5 unit KJA saja yang kena kematian itu, disebabkan ketidak tahuan penutupan air riam kanan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),” kata Kepala DKPP Sipliansyah Hartani, Kamis (31/10/24).

Dalam hal ini ia juga menyampaikan, bahwa pihaknya tidak bisa juga menyalahkan para PLTA karena itu adalah kewenangan mereka.

“Sebenarnya para warga sudah tahu adanya penutupan air riam kanan oleh PLTA tetapi hanya kekurangan langkah-langkah saja makanya kejadian tersebut bisa terjadi,” tuturnya.

Ditempat yang sama, Kepala Bidang Perikanan Budidaya Bandi Hairullah mengungkapkan, Ikan tersebut berada dalam tiga keramba milik pembudidaya dan sudah dalam kondisi siap panen.

“Kematian ikan yang ada di sungai kunyit aliran riam kanan itu ada jenis ikan Bawal sekitar 600 kilo dan Nila 900 kilo, semua sudah siap panen dan sudah bisa dijual,” ungkapnya setelah mengunjungi lokasi.

Kematian ikan, lanjut Bandi, secara mendadak ini disebabkan penurunan debit/arus air dikarenakan ditutupnya air riam kanan.

“Berdasarkan hasil pengambilan sampel di beberapa titik, oksigen terlarut di perairan budidaya tersebut hanya di angka 0,7 dan 1,9 mg/L. Namun untuk PH masih normal,” ujarnya.

Bandi menjelaskan, kualitas air yang berkurang itu disebabkan menurunnya debit air dan padatnya keramba yang terpasang.

“Secara analisis kami, kondisi kepadatan keramba sudah over kapasitas. Kondisi sungai yang lebar 80 meter dengan kedalaman 3 hingga 5 meter terpasang ribuan keramba dan padat tebar pembudidaya juga ada yang mencapai 20 ribu ekor untuk satu keramba ukuran 8×8 meter,” jelasnya.

Sambung Bandi, dengan kondisi aliran sungai dan kepadatan keramba, ideal untuk tebar benih hanya di 5.000 hingga 10.000 ekor untuk satu keramba.

“Lebar sungai sudah nyaris tertutup dengan keramba, tentunya oksigen terlarut di air akan terbagi karena arus tidak lancar,” tambahnya.

Ia mengucapkan, Kematian ikan di keramba jaring apung dengan jumlah besar seperti ini hampir setiap tahun dialami pembudidaya yang berada di aliran sungai riam kanan. Karena itu, tingkat kesadaran tentang bagaimana berbudidaya ikan yang baik harus diperhatikan.

“Juga tata kelola lingkungan perairan agar kawasan budidaya dapat berlangsung baik dan lestari. Bangun kesadaran bersama akan jumlah keramba dan tebar benih, jangan yang over kapasitas sehingga daya dukung kesuburan perairan dapat terjaga dengan baik,” imbuhnya.

Untuk ikan yang sudah mati, Bandi juga mengingatkan pembudidaya agar tidak membuang kembali ke aliran sungai karena dapat menambah penurunan kualitas air.
Meminimalisir kembali terjadinya kematian ikan, pembudidaya dapat mengantisipasi dengan menambahkan oksigen ke dalam air menggunakan aerator.

“Dan ada sebagian ikan yang sudah mati juga bisa dijadikan pakan,” tutupnya. (Fdr/R9)

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like