Kabupaten BanjarKesehatan

Bahaya Leptospirosis dari Kencing Tikus, Dinkes Banjar Serukan Kewaspadaan Warga

0
Ilustrasi Ancaman bakteri Leptospirosis Dari Kencing Tikus (foto:istimewa)

BANJAR, REPORTASE9.ID – Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap leptospirosis, penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menyebar melalui urine tikus dan lingkungan yang terkontaminasi.

Penyakit ini bisa menular tanpa disadari dan sering muncul saat musim hujan atau ketika seseorang beraktivitas di area basah seperti sawah, saluran air, hingga pekarangan rumah yang lembap.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar mencatat dua kasus leptospirosis dalam dua tahun terakhir. Satu di antaranya terjadi di Kecamatan Aranio pada tahun 2024 dan berujung pada kematian karena terlambat ditangani.

Satu kasus lainnya ditemukan di Kecamatan Beruntung Baru pada tahun 2025 dan berhasil ditangani lebih cepat karena kesadaran masyarakat untuk segera berobat.

“Penyakit ini bisa menular lewat makanan, peralatan makan dan minum yang terkena urine tikus, atau saat kita bersentuhan dengan air yang terkontaminasi seperti air hujan, air sawah, bahkan tanah lembap,” ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Banjar, Marzuki, saat memberikan keterangan didampingi Kasi Pencegahan Abdul Latif, Senin (07/07/2025).

Menurutnya, bakteri leptospira perlu diwaspadai karena mampu masuk ke tubuh manusia tidak hanya melalui luka terbuka tetapi juga melalui selaput lendir bahkan kulit yang tampak sehat jika terpapar dalam waktu lama. Inilah yang membuat penyakit ini kerap datang diam-diam dan sulit dikenali di awal kemunculannya.

Gejala leptospirosis sering kali mirip dengan flu biasa sehingga banyak kasus terlambat ditangani. Beberapa gejala yang harus diwaspadai antara lain demam tinggi, nyeri otot dan kepala, mata menguning, mual, muntah, hingga kelelahan ekstrem. Bila tidak segera ditangani, penyakit ini bisa menyerang ginjal dan berujung pada gagal ginjal bahkan kematian.

“Jangan tunggu gejala memburuk. Jika merasa tidak sehat setelah bersentuhan dengan air sawah atau lingkungan kotor, segera periksa ke puskesmas atau rumah sakit,” tegasnya.

Sebagai langkah pencegahan, Dinkes Kabupaten Banjar terus menggencarkan edukasi langsung ke masyarakat terutama warga desa, petani, serta penduduk yang tinggal di sekitar sungai dan area lembap. Sosialisasi dilakukan melalui kerja sama lintas sektor dengan aparat desa dan kecamatan guna meningkatkan pengawasan serta melakukan surveilans aktif.

Dinkes juga menghimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi potensi penularan dengan langkah-langkah sederhana seperti menggunakan sepatu boots saat ke sawah atau area basah, tidak mencuci muka atau berkumur dengan air sawah, serta selalu mandi dengan sabun setelah beraktivitas di area yang berisiko.

Sebagai upaya deteksi dini, Dinas Kesehatan juga mengambil sampel darah dari warga yang menunjukkan gejala serta memeriksa tikus-tikus yang ditangkap dari lingkungan rawan. Semua sampel dikirim ke laboratorium khusus di Salatiga Jawa Tengah untuk memastikan keberadaan bakteri leptospira.

“Kami ingin masyarakat tidak hanya tahu, tapi juga peduli dan bertindak. Pencegahan dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan,” tambah Abdul Latif.

Dengan edukasi yang masif dan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, Dinkes Banjar berharap penyebaran leptospirosis bisa ditekan dan keselamatan warga tetap terjaga.

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like