Kabupaten Banjar

Kasus Gigitan Hewan Meningkat, Dinas Pertanian Banjar Tegaskan Rabies Tak Hanya dari Anjing

0

BANJAR, REPORTASE9.ID – Menyikapi lonjakan kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) yang tercatat mencapai 34 kasus hingga pertengahan Juli 2025, Dinas Pertanian Kabupaten Banjar menegaskan pentingnya pemahaman bahwa rabies tidak hanya berasal dari anjing, melainkan juga dari hewan lain seperti kucing dan monyet.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan Kesmavet) Dinas Pertanian Kabupaten Banjar, drh. Lulu Vila Vardi, menyampaikan bahwa pemahaman masyarakat selama ini masih cenderung menyempitkan rabies hanya berasal dari anjing.

“Kalau masyarakat umum itu mengira rabies hanya dari anjing, padahal sebenarnya hewan penular rabies (HPR) itu bisa juga dari kucing, monyet, bahkan kelelawar di negara lain seperti Amerika Latin,” ungkap drh. Lulu saat diwawancarai diruang kerjanya, Kamis (17/07/2025).

Di Kabupaten Banjar sendiri, kucing justru menjadi hewan dengan kontribusi gigitan tertinggi tahun ini, disusul anjing dan monyet. Menurutnya, tingginya populasi kucing liar maupun peliharaan yang belum divaksin menjadi salah satu faktor pemicu.

“Sebagian kucing itu peliharaan, tapi pemiliknya lupa atau takut memberi vaksin. Padahal vaksin itu penting, sama seperti manusia yang wajib divaksin sejak bayi,” lanjutnya.

Ia juga mengingatkan, bahwa virus rabies bersifat alami dan dapat muncul kapan saja pada hewan berdarah panas yang belum divaksin, khususnya jika daya tahan tubuh hewan menurun.

Oleh karena itu, pihaknya secara rutin menggelar program vaksinasi rabies gratis melalui Klinik Hewan Pembungas dan layanan klinik keliling, yang menjangkau daerah seperti Gambut, Kertak Hanyar, hingga Simpang Empat.

“Vaksinasi ini sangat penting, karena rabies tidak bisa disembuhkan, baik pada hewan maupun manusia. Kalau sudah muncul gejalanya, baik pada anjing atau manusia, itu hampir tidak ada harapan,” tegasnya.

Untuk hewan liar yang meresahkan seperti anjing atau monyet yang masuk ke permukiman, Dinas Pertanian juga bekerja sama dengan Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) untuk melakukan penangkapan. Hewan-hewan tersebut kemudian divaksinasi sebelum dilepas kembali ke wilayah yang jauh dari pemukiman warga.

Tanda-tanda hewan tertular rabies biasanya ditunjukkan dengan perubahan perilaku yang drastis, seperti tidak mengenali pemilik, menjadi agresif tanpa sebab, hingga menunjukkan gejala neurologis seperti takut air, cahaya, dan sesak napas. Hewan yang dicurigai rabies biasanya akan diobservasi selama 14 hari, dan bila mati, otaknya akan diuji di laboratorium.

Tak lupa, ia juga mengimbau, kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap hewan peliharaannya, terutama dalam mencegah penyebaran rabies. Ia meminta agar setiap pemilik hewan memberikan tanda pengenal dan memastikan hewan peliharaannya telah divaksin.

“Tolong dijaga ya hewan peliharaannya, dikasihkan tanda pengenal, dan sosialisasikan juga bahwa hewannya sudah divaksin. Jadi masyarakat di sekitar tidak khawatir,” tuturnya.

Ia juga menyarankan agar hewan yang belum divaksin segera dibawa ke dinas terdekat, jika tinggal di wilayah yang jauh, warga diminta mengikuti layanan vaksinasi keliling atau mengajukan permintaan vaksinasi secara kolektif.

Lebih lanjut, ia juga meminta masyarakat untuk segera melaporkan keberadaan hewan liar seperti anjing atau kucing yang meresahkan dan dicurigai mengidap rabies kepada Dinas Pertanian atau Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) agar dapat diamankan.

“Kepada sesama pencinta hewan, mari saling mengingatkan bahwa hewan peliharaan itu harus divaksin. Paling tidak vaksin dilakukan rutin setiap tahun. Karena bagaimanapun, pengendalian rabies ini tidak bisa dilaksanakan oleh satu pihak saja, bukan hanya pemerintah, tapi harus didukung oleh seluruh masyarakat,” pungkasnya.

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like