KALSEL, REPORTASE9.ID – Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) sosialisasikan Program dan Kegiatan Prioritas Tahun 2026 hingga 2029 bersama awak media pada Kamis (11/12/2025).
Kepala Disbunnak Provinsi Kalsel Suparmi menyebutkan hal ini merupakan bentuk penyampaian resmi arah pembangunan perkebunan dan peternakan di Banua yang memaparkan secara komprehensif strategi, target, dan capaian bidang perkebunan serta peternakan selama empat tahun ke depan.
Suparmi menegaskan pembangunan peternakan tidak berdiri sendiri, tetapi harus ditopang oleh komoditas pendukung, salah satunya kelapa.
“Kalsel ini ditunjukkan karena kebutuhan kita bukan hanya protein hewani, tetapi juga pendukungnya, yaitu kelapa,” ujar Suparmi.
Tahun 2025 menjadi masa persiapan pengembangan kelapa, termasuk peninjauan lapangan dan penerimaan CP/CR dari kabupaten yang memiliki potensi besar, khususnya untuk varietas kelapa genjah entok—jenis kelapa pendek dengan produktivitas tinggi yang cocok untuk wilayah Kalsel.
Kabupaten Barito Kuala ditetapkan sebagai lokus utama dengan alokasi pengembangan seluas 3.000 hektare untuk periode 2026–2029.
“Kenapa 3.000 hektare, Karena itu luas minimal yang layak untuk dibangun satu pabrik hilirisasi kelapa,” jelasnya.
Disbunnak bersama Komisi II DPRD Kalsel telah melakukan koordinasi intensif dengan Pemkab Barito Kuala dan Tapin, termasuk penunjukan calon lokasi pabrik industri kelapa.
“Hilirisasi kelapa tak hanya diarahkan untuk pasar ekspor yang hanya mengekspor kopra, tetapi kini fokus pada coconut milk yang sedang digemari dunia, karena sekarang banyak kafe yang sudah beralih dari susu sapi ke coconut milk sebagai campuran minuman,” ungkap Suparmi.
Target ekspor coconut milk dinilai sejalan dengan tren global yang terus meningkat, sehingga membuka peluang besar bagi pekebun dan industri kelapa di Kalsel.
Selanjutnya, Program unggulan Bangsibun Bekaret tetap menjadi prioritas karena karet merupakan komoditas terbesar kedua setelah sawit di Kalsel dan sebelumnya mengantarkan Kalsel meraih Juara 3 Nasional.
“Harga karet sekarang bagus. Stimulus yang kami berikan selama tiga tahun berturut-turut membuat harga kembali naik,” tutur Suparmi.
Dengan harga yang kondusif, pekebun kini mampu memenuhi kebutuhan sarana produksi secara mandiri, karena itu Disbunnak tetap memberikan pendampingan dan pembinaan melalui kemitraan strategis dengan GAPKI untuk sawit dan GAPKINDO Kalsel untuk karet.
Untuk komoditas kopi, Disbunnak tetap melanjutkan pembangunan sektor hilir melalui penguatan penangkar benih lokal, dimana hasil pendampingan Disbunnak telah mengantarkan salah satu pemipit kopi di Kabupaten Tanah Laut memperoleh Izin Usaha Benih (IUB) resmi.
Pendampingan dilakukan bersama JPN, SUPD, serta perangkat teknis terkait untuk memastikan mutu benih kopi terstandar. (Sumber : MC Kalsel)













Comments